PENGENDALIAN
HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO
Oleh : MUHAMMAD DARWIS, SP
Hama PBK adalah hama yang paling populer dan menjadi momok bagi petani
kakao, dikenali sebagai serangga dengan nama Conopomorpha cramerella atau cacao mot atau pod borer. Serangannya
menyebabkan kemerodotan produksi hingga 60 – 80 persen. Serangan PBK
pada buah mengakibatkan biji gagak berkembang, biji di dalam buah akan saling
melekat, bentuknya kecil dan ringan. Buah muda yang terserang mengalami
perubahan warna sebelum matang. Serangan PBK menyebabkan persentase biji cacat
meningkat sehinga biaya pemanenannya pun bertambah. Kulit buah yang terserang
akan sangat mudah ditumbuhi jamur. Bila buah matang terserang maka biji-biji
tidak akan berbunyi pada waktu diguncang karena sudah saling melekat.
(Siregar.THS, Riyadi S dan Nuaraeni L, 1993).
Selanjutnya dikatakan bahwa, PBK berbiak dengan cara meletakkan
telur-telurnya di alur kulit buah. Larva yang keluar dari telur biasanya
langsung memasuki buah denga cara membuat lubang kecil pada kulit buah. Di
dalam buah larva memakan daging buah tepat di bawah kulit dan di antara biji,
plasenta pun turut digerek.
Kupu-kupu aktif pada malam hari sejak pukul 18.00 – 20.30. siang hari
mereka berlindung di tempat-tempat yang lembab dan tidak terkena cahaya
matahari. Serangan PBK sejak dalam bentuk telur sampai dewasa berumur 30 hari,
melewati; 7 hari fase telur, 16 hari fase ulat, dan 7 hari fase kepompong.
Kupu-kupu berukuran panjang 7 mm dan lebar 2 mm. Bila sayap direntangkan mencapi
panjang 12-13 mm, dengan anena di kepala yang lebih panjang dari badannya.
Sayapnya berwarna coklat berpola batik. Telurnya berukuran panjang 0,5 mm dan
lebar 0,8 mm, berwarna merah jingga ulat
keluar dari buah dengandengan menyusuri lubang yang dibuatnya secara khusus dan
turun dengan bantuan sehelai benang halus, kemudian ulat tersebut hinggap di
daun untuk menjadi kepompong. Setelah menjadi kupu-kupu, telur diletakkan di
bagian kulit buah jumlahnya 50 – 100 butir pada tiap buah.
Secara umum pengendalian hama yang dianjurkan dalam Penyuluhan Pertanian
adalah pengendalian berdasarkan konsep PHT. Pengendalian dengan konsep PHT
dimulai dengan tindakan pencegahan (preventif), yaitu karantina, pemilihan
pohon induk dan benih serta perawatan dan pengamatan dini. Namun jika tindakan
pencegahan ini ternyata tidak efektif mengendalikan hama dan penyakit maka
barulah dilakukan pengendalian dalam arti khusus (kuratif) yaitu menekan
populasi organisme penganggu (OPT) sampai di bawah ambang toleransi. Dalam hal
ini cara yang dikedepankan adalah cara-cara yang ramah lingkungan, yakni cara
mekanis, fisis dan biologis.
Menurut Untung. K (1993), pengertian
PHT (pengendalian hama terpadu) adalah satu cara pendekatan/cara
berfikir/falsafah pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi
dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang
bertanggungjawab.
Sedangkan menurut Flint. M.L dan Robert Van Den Bosch,
bahwa PHT adalah strategi pengendalian hama berdasar ekologi yang menitikberatkan
pada faktor-faktor mortalitas alami seperti musuh alami dan cuaca serta mencari
taktik pengendalian yang mengganggu faktor-faktor ini seminimal mungkin. PHT memanfaatkan pestisida tetapi
hanya setelah dilakukan pemantauan sistematik terhadap populasi hama dan faktor
pengendali hama menunjukan perlunya penggunaan pestisda. Secara ideal, program
PHT memperhitungkan semua tindakan pengendalian hama yang tersedia, termasuk
juga tidak bertindak apa-apa, dan mengevaluasi interaksi antara bermacam-macam
taktik pengendalian, cara-cara bercocok tanam, cuaca, hama lain dan tanaman
budidaya yang akan dilindungi.
Jadi, jelaslah bahwa konsep PHT merupakan pendekatan yang menawarkan
strategi pengendalian hama yang terbaik pada tanaman termasuk tanaman kakao.
Adapun strategi pengendalian hama PBK menurut konsep PHT,
dapat dikemukakan sebagai berikut;
a. Karantina
Karantina adalah tindakan mengisolasi suatu
obyek/organisme di suatu tempat/lokasi khusus sebelum obyek/organisme tersebut
berbaur dengan komunitas di wilayah yang bersangkutan. Dalam karantina ini
pemerintah akan melakukan pengawasan, penyitaan dan pemusnahan terhadap bahan
tanaman yang dianggap tercemar hama, seperti buah, entris, biji, karung dan
media lainnya yang dapat menyebarkan hama PBK. Tindakan tersebut bertujuan
mencegah masuknya PBK dari daerah terserang hama ke daerah lain yang masih
bebas, baik secara domestik, antar pulau atau antar propinsi, maupun antar
negara.
b. Teknik
Bercocok Tanam
Tindakan pencegahan berikutnya adalah mengupayakan
pembudidayaan tanaman yang sehat. Tindakan ini diawali dengan pemilihan pohon
induk yang tidak terserang PBK, kemudian
memilih biji-biji yang sehat (sempurna) yang berasal dari buah kakao yang
sempurna pula. Bila memungkinkan diusahakan menanam jenis yang tahan hama dan penyakit, terutama
jenis Upper American Hybrids, Forastero, atau kakao jensi bulk. (Siregar.THS, Riyadi
dan Nuraeni, 1993)Selanjutnya adalah penanaman yang baik dan disusul kemudian
dengan perawatan yang intensif.
Berdasarkan pola hidup PBK
sebagaimana telah diungkapkan di atss, maka perawatan yang sangat diperlukan
dalam mencegah perkembangan PBK adalah pemangkasan yang teratur, baik pada
tanaman kakao maupun pelindungnya. Dengan pemangkasan yang teratur maka
tempat-tempat yang gelap dan lembab yang sangat disukai kupu-kupu PBK dapat
dimimalkan
c. Rampasan Buah
Rampasan buah adalah memetik semua buah yang menggantung
di pohonnya. Tindakan ini tujuan untuk memutuskan daur hidup PBK dengan cara
meniadakan ketersediaan makan yang sesuai kebutuhannya di lapangan.
Menurut Soenaryo dan Sangap Situmorang (1978), buah-buah yang
menggantung di pohon sekitar bulan Oktober semua di rampas. Ini berarti
mengorbankan sekitar 30% dari seluruh produksi setahun atau kadang-kadang
lebih. Jelaslah mengapa kerugian paling sedikit 30% dari hasil. Selanjutnya
dikatakan bahwa kerugian yang bersifat ongkos dan mutu yaitu: (1) ongkos
rampasan, ongkos memecah buah yang lebih mahal, (2) biaya lebih mahal produksi
lebih kecil, (3) mutu rendah yang berakibat
harga jual yang rendah pula.
d. Penyelubungan
Buah
Penyelubungan buah atau biasa dikatakan kondomisasi
adalah menyelubungi buah yang masih muda (panjang 8 – 10 cm) dengan kantong
plastik berukuran panjang 30 cm dan lebar 15 cm. Bagian pangkal diikat dengan
tangkai buah sedangkan bagian ujung dibiarkan tetap terbuka. Tindakan ini
bertujuan menghambat ngengat/kupu-kupu betina meletakan telurnya pada buah
tersebut.
e. Panen Sering,
Serentak dan teratur
Panen sering, serentak dan teratur bertujuan untuk menghilangkan dan
membunuh larva PBK yang berada di dalam buah dan belum sempat keluar (Anonim,
2000), Sementara itu, Suntoro (2001) mengemukakan bahwa panen
sering dimaksudkan untuk memutus rantai perkembangan PBK. Dengan demikian ulat,
telur atau kepompong yang berada pada buah tersebut tidak dapat berkembang
lebih lanjut menjadi kupu-kupu yang dapat bertelur lagi.
Terdapat hubungan
yang erat, menurut Mumfrod (1980) dalam Anonim (2000), antara panen dengan
keberadaan PBK. Dikatakan bahwa, sekitar 90% larva PBK masih berada dalam buah
yang masak awal dan masak. Olehnya itu, jika buah segera dipanen pada saat
adanya tanda-tanda masak (nampak sedikit kekuningan pada kulit buah dengan
biji-biji sudah longgar di dalamnya) maka sebagian besar larva ikut serta di dalamnya. Dengan mengetahui bahwa waktu perkembangan
PBK sejak dari telur sampai menjadi kupu-kupu ialah 22 – 23 hari, maka dengan
interval satu mingu sekali berdasarkan pengalaman di lapangan cukup memadai.
Panen buah kakao dapat dilakukan pada saat masak fisiologis dengan adanya
sedikit perubahan warna kulit.
d. Sanitasi
Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah meciptakan kebersihan
lingkungan pertanaman. Pembersihan gulma dan pemangkasan yang teratur baik pada
pelindung mapun pada tanaman kakao serta pembersihan limbah-limbah lainnya akan
meniptakan lingkungan yang sehat, tidak lembab dan tidak gelap sehinga hama dan
penyakit secara umum tidak mendapatkan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangannya.
f. Penggunaan
Pestisida
Menurut Suntoro (2001) bahwa karena
ulat PBK selalu berada di dalam buah kakao, sehinga bukan sasaran yang tepat
dalam pemakaian pestisida. Sasaran pokok penggunaan pestisida adalah kupu-kupu
pada saat isterahat atau meletakka telur. Dengan demikian obyak yang disemprot
adalah adalah buah dan tempat-tempat peristerahatan kupu-kupu yaitu
cabang-cabang horisontal sampai yang miring 20o. Selanjutnya
dikatakan bahwa dengan hanya menyemprot terbatas pada buah dan jourget kakao,
dapat menekan serangan PBK hingga serangan ringan yang tidak mempengaruhi
produksi secara nyata.
Jenis pestisida yang digunakan, menurut Suntoro (2001)
adalah golongan piretroid, dengan dosis 0,5 cc/liter air dan dalam satu hektar
hanya disemprot 10 tangki (150 liter) larutan